MASKAPAI PALING SERING TELAT

Lion Air Paling Banyak Delay
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN – Lion Air dan Sriwijaya air menjadi maskapai penerbangan paling sering delay (terlambat) dari jadwal yang ditentukan, dari Bandara Polonia Medan.
Dari data yang dilansir Posko Terpadu Bandara Polonia Medan, sejak 17-26 Agustus, Lion Air mengalami empat delay.
Diikuti Sriwijaya Air dengan tiga kali keterlambatan. Sedangkan Batavia Air dan Citilink masing-masing satu kali keterlambatan.
Continue reading

Pesawat Cessna Diduga Ada di Gunung Sekerat

Pesawat Cessna Piper Navajo Chieftain yang hilang kontak dalam perjalanan dari Bandara Temindung Samarinda tujuan Bontang diperkirakan berada di Gunung Sekerat, Bengalon, Kutai Timur.

“Ada informasi yang kami terima bahwa pesawat ada di Gunung Sekerat, Bengalon, Kutim. Sekarang tim menuju ke sana untuk memastikan,” kata Kepala Bandara Temindung Rajoki Aritonang, Jumat (24/8/2012) malam.

Kontak terakhir pesawat dengan Temindung (TMD) Tower Samarinda pada pukul 08.04 WITA, lalu kontrol dialihkan ke Bontang. Kontak pertama (fist contact) dengan Bontang terjadi pukul 08.05 WITA dan kontak terakhir (last contact) pukul 08.11 WITA.

Rajoki mengatakan, pesawat ini rencananya terbang selama empat jam dengan kemampuan bahan bakar untuk enam jam dengan tujuan melakukan survei tambang di daerah. Pesawat hilang kontak pada pukul 13.51 WITA.

Pesawat carter bernomer registrasi PK-IWH tersebut dikapteni Marshal Basir. Tiga penumpang lainnya Kapten Suyoto (pemandu), serta Janri Hendrizal (surveyor) dan warga asing berkebangsaan Australia bernama Peter John Elliot, juga surveyor.

Lokasi Pesawat Belum Diketahui
Hingga malam ini, Kepala Kantor SAR Balikpapan Harmoniadi, yang membawahi SAR se-Kalimantan Timur, menyatakan, mengaku belum mendapat laporan dari warga maupun tim gabungan tentang lokasi pesawat yang diketahui kehilangan kontak.

“Belum ada informasi dari mana pun kami terima terkait kemungkinan lokasi pesawat,” ujar Harmoniadi, Jumat (24/8/012) malam ini.

Seperti diberitakan, Sebuah pesawat carter jenis Cesna Piper Navajo Chieftain yang berangkat dari Kota Samarinda menuju Kota Bontang, Kalimantan Timur, dinyatakan hilang kontak, Jumat siang tadi.

Pesawat yang berpenumpang 4 orang -satu WNA- ini, tengah melakukan survei pemetaan udara. Pesawat berangkat dari Samarinda-Bandara Temindung-pukul 07.51 Wita. Sedangkan kontak terakhir diketahui pukul 13.51 wita tadi.

Ada Suara Dentuman, Pesawat Diduga Jatuh di TNK

Pesawat survei yang hilang kontak sejak Jumat pagi diduga kuat jatuh di kawasan Taman Nasional Kutai (TNK) di perbatasan antara Kabupaten Kutai Timur dengan Kota Bontang, Kalimantan Timur.

Kepala Bandara Temindung Samarinda Rajoki Aritonang kepada wartawan di Samarinda, Sabtu dini hari (25/8/2012), mengatakan, hal tersebut diperoleh berdasarkan laporan masyarakat yang sempat mendengar suara dentuman keras.

“Berdasarkan laporan masyarakat yang berkembang hingga saat ini (Sabtu dini hari) ada kemungkinan lokasi yang diduga jatuhnya pesawat itu di areal perbukitan Gunung Pilar yang masyarakat sebut sebagai Teluk Tabah atau sekitar 13 kilometer dari bibir pantai Teluk Tabah. Lokasi itu masuk dalam kawasan hutan TNK yang berada di poros Sanggatta (Ibu Kota Kabupaten Kutai Timur) dengan Kota Bontang,” kata Rajoki Aritonang.

Hingga Sabtu dini hari, tim yang beranggota satu peleton TNI, satu peleton Brimob, Basarnas, Polresta Samarinda, Polresta Bontang, dan Polres Kutai Timur telah berada di ring dua.

“Tim saat ini sudah berada di kawasan Teluk Tabah atau di areal ring dua dari lokasi yang diduga jatuhnya pesawat itu. Kawasan itu merupakan kawasan hutan dan lokasinya sulit dijangkau karena harus ditempuh dengan berjalan kaki enam kilo dari kawasan pemukiman,” katanya.

Aritonang menyebut, medan cukup berat sehingga kemungkinan evakuasi butuh waktu relatif lama. “Melihat kondisi medan yang cukup berat, kemungkinan proses evakuasi sedikit terhambat namun tim saat ini terus bergerak untuk mencapai lokasi,” katanya.

Pesawat milik PT Intan Angkasa jenis PA31 Piper Navajo Chief Tain dengan nomer registrasi PK-IWH yang dicarter oleh Elliot Geophysics International untuk melakukan pemetaan di salah satu area perusahaan tambang batu bara di Kota Bontang, dilaporkan telah kehilangan kontak sejak Jumat sekitar pukul 08.04 Wita.

Pesawat survei dengan pilot Capt Marshal Basir berpenumpang tiga orang yakni Peter John Elliott selaku General Manager Elliot Geophysics International, seorang surveyor, Jandri Hendrizal, serta pendamping dari Kementerian Pertahanan RI, Kapten Suyoto, lepas landas dari Bandara Temindung Samarinda pada Jumat sekitar pukul 07.51 Wita dan dipastikan hilang pada Jumat sekitar pukul 13. 51 Wita.

“Pesawat itu direncanakan terbang selama empat jam dan diperkirakan akan kembali di Bandara Temindung sekitar pukul 12.00 Wita dengan pengisian bahan bakar untuk enam jam,” kata Pemandu Lalu Lintas Udara Bandara Temindung Samarinda Rora Ardian.

Dari Bandara Temindung Samarinda, kata Ardian, pesawat itu terbang dengan ketinggian 3.000 kaki selanjutnya saat mendekati area survei di Kota Bontang, pesawat tersebut akan terbang dengan ketinggian 500 kaki. Namun, hanya berselang beberapa menit sejak lepas landas di Bandara Temindung, pesawat tersebut hilang kontak, hingga akhirnya diduga jatuh di kawasan TNK.

Kerahkan Helikopter, Pencarian Pesawat Dilanjutkan Sabtu Pagi
Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas) akan mengerahkan satu unit helikopter untuk pencarian pesawat yang diperkirakan jatuh di kawasan Taman Nasional Kutai (TNK) di perbatasan Kabupaten Kutai Timur dengan Kota Bontang, Kalimantan Timur.

“Sabtu pagi ini, helikopter milik Basarnas akan dikerahkan untuk melakukan pencarian posisi pasti jatuhnya pesawat tersebut,” ungkap Kepala Bandara Temindung Samarinda, Rajoki Aritonang, kepada wartawan, Sabtu dinihari (25/8/2012).

Selain heli milik Basarnas, sebuah pesawat milik PT Intan Angkasa akan ikut dikerahkan pada proses pencarian tersebut. “Pihak PT Intan Angkasa selaku pemilik pesawat yang hilang itu juga akan mengerahkan sebuah pesawat untuk membantu pencarian. Pagi ini heli dan pesawat tersebut akan diterbangkan dari Bandara Temindung Samarinda selanjutnya akan mengitari kawasan yang diduga lokasi jatuhnya pesawat itu,” kata Rajoki Aritonang.

Berdasarkan pantauan hingga Sabtu dinihari, sejumlah personil baik dari kepolisian, Basarnas, maupun TNI terlihat masih berada di Bandara Temindung Samarinda yang dijadikan sebagai Posko Pencarian Pesawat Hilang.

Pada Jumat malam, 15 anggota Basarnas dengan menggunakan beberapa mobil, terlihat meninggalkan kawasan Bandara Temindung.

“Sejak Jumat malam, tim yang terdiri dari satu peleton personil Batalyon 611 Awang Long, Brimob telah dikerahkan ke lokasi. Terakhir, tim dari Basarnas juga sudah bergerak ke arah lokasi yang diduga titik jatuhnya pesawat itu,” ungkap Rajoki Aritonang.

Sebelumnya, Kepala Basarnas Kutai Timur Mujiono, Jumat (24/8/2012) malam mengatakan, kegiatan pencarian akan dilanjutkan pagi ini, sambil menunggu datangnya peralatan pendukung dari Balikpapan.

“Pukul 21.30 tadi pencarian kami hentikan. Rencananya akan dilanjutkan pukul 07.00 WITA besok pagi. Tim dari Balikpapan sudah bergerak,” katanya.

Dengan dukungan tim dan peralatan dari Balikpapan, diharapkan pencarian lebih maksimal. Pencarian sejauh ini baru dilakukan dengan penyisiran dari jalan darat.

“Kami masuk sekitar 10 kilometer di kawasan Telaga Bening, dan 7 kilometer di kawasan Kitadin. Namun masih nihil,” ungkapnya.

Pesawat milik PT Intan Angkasa jenis PA31 Piper Navajo Chief Tain dengan nomer registrasi PK-IWH yang dicarter oleh Elliot Geophysics International untuk melakukan pemetaan di salah satu area perusahaan tambang batu bara di Kota Bontang, dilaporkan telah kehilangan kontak sejak Jumat pagi sekitar pukul 08.04 Wita.

Pesawat survei dengan pilot Capt Marshal Basir berpenumpang tiga orang yakni, Peter John Elliott selaku General Manager Elliot Geophysics International, seorang surveyor, Jandri Hendrizal serta seorang pendamping dari Kementerian Pertahanan RI, Kapten Suyoto, ’take off’ atau lepas landas dari Bandara Temindung Samarinda pada Jumat pagi sekitar pukul 07.51 Wita dan dipastikan hilang pada Jumat siang sekitar pukul 13.51 Wita.

Pesawat Jatuh di Kalimantan Bawa Pengusaha Australia


REPUBLIKA.CO.ID, Pesawat survei yang jatuh di Kalimantan itu ternyata membawa penumpang seorang warga Australia. Pihak otoritas setempat mengatakan pesawat yang dicarter oleh Elliot Geophysics International itu tidak kembali ke bandara setelah melakukan survei di Bontang hari Jumat kemarin.
Seorang pilot, dua warga Indonesia dan pemilik perusahaan Australia, Peter John Elliot berada dalam pesawat.
Regu penyelamat Indonesia telah mengerahkan delapan anggota tim untuk melakukan pencarian di wilayah dimana pesawat kehilangan kontak radio dengan bandara.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Australia mengatakan bahwa otoritas di bandara membenarkan bahwa pesawat tersebut hilang di kawasan Kalimantan Timur.
Operasi pencarian dan penyelamatan dihentikan semalam akan tetapi akan dilanjutkan pagi ini. Sementara itu kedutaan besar Australia di Jakarta kini menyediakan bantuan bagi keluarga korban yang hilang.

Tim SAR Fokuskan Pencarian di Gunung Pilar
Tim SAR yang melakukan pencarian pesawat yang hilang kontak sejak Jumat (24/8) berkonsentrasi di sekitar Gunung Pilar, tepatnya di kilometer 31 poros Sangatta (ibukota Kabupaten Kutai Timur) dengan Kota Bontang.
“Saat ini tim masih terus mencoba menembus lokasi yang diduga tempat jatuhnya pesawat tersebut,” tutur Kapolresta Samarinda Kombespol Arief Prapto, Sabtu.
Untuk mencapai lokasi yang diduga tempat jatuhnya pesawat itu, katanya, harus ditempuh dengan berjalan kaki sepanjang 20 kilometer.
“Kondisi jalan hancur dan harus ditempuh dengan berjalan kaki sepanjang 20 kilometer. Tim sempat beristrahat dan pagi ini akan melanjutkan perjalanan menuju titik diduga jatuhnya pesawat itu,” kata Arief Prapto
Sebelumnya, Kepala Bandara Temindung Samarinda, Rajoki Aritonang mengatakan, pesawat survei yang hilang kontak sejak Jumat pagi dipastikan jatuh di kawasan Taman Nasional Kutai (TNK) di perbatasan antara Kabupaten Kutai Timur dengan Kota Bontang.
“Berdasarkan laporan masyarakat yang berkembang hingga saat ini (Sabtu dini hari) ada kemungkinan lokasi yang diduga jatuhnya pesawat itu di areal perbukitan Gunung Pilar yang sering disebut sebagai Teluk Tabah atau sekitar 13 kilometer dari bibir pantai Teluk Tabah. Lokasi itu masuk dalam kawasan hutan TNK yang berada di poros Sanggatta dengan Kota Bontang,” kata Aritonang.
Hingga Sabtu dini hari, katanya, tim yang beranggota satu peleton TNI, satu peleton Brimob, Basarnas, Polresta Samarinda, Polresta Bontang, dan Polres Kutai Timur telah berada di ring dua.
“Tim saat ini sudah berada di kawasan Teluk Tabah atau di areal ring dua dari lokasi yang diduga jatuhnya pesawat itu. Kawasan itu merupakan kawasan hutan dan lokasinya sulit dijangkau karena harus ditempuh dengan berjalan kaki enam kilometer dari kawasan permukiman,” katanya.
Ia menyebut, medan cukup berat sehingga kemungkinan evakuasi butuh waktu relatif lama.
“Melihat kondisi medan yang cukup berat, kemungkinan proses evakuasi sedikit terhambat namun tim saat ini terus bergerak untuk mencapai lokasi,” katanya.
Pesawat milik PT Intan Angkasa jenis PA31 Piper Navajo Chief Tain dengan nomer registrasi PK-IWH yang dicarter oleh Elliot Geophysics International untuk melakukan pemetaan di salah satu area perusahaan tambang batu bara di Kota Bontang, dilaporkan telah kehilangan kontak sejak Jumat sekitar pukul 08.04 Wita.
Pesawat survei dengan pilot Capt Marshal Basir berpenumpang tiga orang yakni Peter John Elliott selaku General Manager Elliot Geophysics International, seorang surveyor, Jandri Hendrizal, serta pendamping dari Kementerian Pertahanan RI, Kapten Suyoto, lepas landas dari Bandara Temindung Samarinda pada Jumat sekitar pukul 07.51 Wita dan dipastikan hilang pada Jumat sekitar pukul 13.51 Wita.
“Pesawat itu direncanakan terbang selama empat jam dan diperkirakan kembali ke Bandara Temindung sekitar pukul 12.00 Wita dengan pengisian bahan bakar untuk enam jam,” kata Pemandu Lalu Lintas Udara Bandara Temindung Samarinda Rora Ardian.
Dari Bandara Temindung Samarinda, kata dia, pesawat itu terbang dengan ketinggian 3.000 kaki selanjutnya saat mendekati area survei di Kota Bontang, pesawat tersebut akan terbang dengan ketinggian 500 kaki.
Namun, hanya berselang beberapa menit sejak lepas landas di Bandara Temindung, pesawat tersebut hilang kontak, hingga diduga jatuh di kawasan TNK.

Selidiki Pesawat Jatuh, KNKT Tiba Sabtu Pagi
Tim Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dijadwalkan tiba di Samarinda, Kalimantan Timur, Sabtu pagi, untuk melakukan penyelidikan atas pesawat survei milik PT Intan Angkasa yang diperkirakan jatuh di daerah ini.
“Tim KNKT dijadwalkan tiba di Samarinda pagi ini, selanjutnya akan melakukan investigasi atas pesawat carter yang hilang itu. Kami menerima informasi ada tiga anggota KNKT yang diturunkan untuk melakukan penyelidikan,” ujar Kepala Bandara Temindung Samarinda, Rajoki Aritonang, kepada wartawan, di Samarinda, Sabtu dini hari.
Kepala Bandara Temindung Samarinda itu belum bersedia menyebutkan dugaan penyebab hilang pesawat carter milik PT Intan Angkasa jenis PA31 Piper Navajo Chief Tain dengan nomor registrasi PK-IWH itu.
“Kami belum bisa menduga penyebabnya, mengingat saat ini masih berkonsentrasi melakukan pencarian,” kata Rajoki.
Selain tim KNKT itu, pihak keluarga penumpang dan pilot pesawat hilang itu, ujar dia, juga dijadwalkan akan tiba di Samarinda pada Sabtu pagi.
“Berdasarkan informasi yang kami terima, kemungkinan keluarga pilot dan penumpang pesawat itu juga akan tiba di Samarinda hari ini,” kata dia lagi.
Pihak Bandara Temindung telah membentuk Posko Pencarian Pesawat Hilang sejak Jumat sore, untuk membantu masyarakat dalam mencari informasi terkait kehilangan pesawat tersebut.
“Sejak Jumat sore, kami telah membuka posko untuk memberikan informasi kepada masyarakat termasuk rekan-rekan pers terkait pesawat hilang itu,” kata dia.
Hingga Sabtu dinihari, Kepala Bandara Temindung, Rajoki Aritonang, Kapolres Samarinda, Komisaris Besar Arief Prapto, Kepala Bagian Operasional Polresta Samarinda, Komisaris I Nyoman Mertha Dana, serta Komandan Kodim Samarinda masih terus melakukan pertemuan terkait perkembangan pencarian pesawat hilang tersebut.
Informasi diperoleh menyebutkan, Direktur PT Intan Perkasa dan keluarga korban tengah dalam perjalanan menuju Kota Samarinda.
Pesawat milik PT Intan Angkasa jenis PA31 Piper Navajo Chief Tain dengan nomor registrasi PK-IWH yang dicarter oleh Elliot Geophysics International itu, sedang melakukan pemetaan di salah satu area perusahaan tambang batu bara di Kota Bontang, dilaporkan telah kehilangan kontak sejak Jumat (24/8) pagi sekitar pukul 08.04 WITA.
Pesawat survei dengan pilot Capt Marshal Basir berpenumpang tiga orang, yakni Peter John Elliott selaku General Manager Elliot Geophysics International, seorang surveyor, Jandri Hendrizal, serta pendamping dari Kementerian Pertahanan RI, Kapten Suyoto, diketahui ‘take off’ atau lepas landas dari Bandara Temindung Samarinda pada Jumat pagi sekitar pukul 07.51 WITA, dan dipastikan hilang pada Jumat siang sekitar pukul 13.51 WITA.

Batavia Air Bakal Tetap Menjadi Penerbangan Medium

JAKARTA, KOMPAS.com – Seperti apa jadinya nasib Batavia Air setelah menjadi satu entitas dengan Air Asia mulai terjawab.

Menurut Direktur Komersial PT Batavia Metro, Sukirno Sukarna pengelola Batavia Air, maskapai Batavia Air bakal tetap menjadi penerbangan kelas medium. Bukan penerbangan murah atau low cost carrier (LCC). “Kami masih tetap seperti semula. Tidak ada penurunan kelas atau perubahan rute,” katanya kepada KONTAN kemarin.
Continue reading